Selasa, 10 Januari 2017

PENGARUH PENGALAMAN VIKARIUS TERHADAP UPAYA PENINGKATAN EFIKASI-DIRI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER SISWA (Kajian Teoritik Aplikasi Teori Bandura)



PENGARUH PENGALAMAN VIKARIUS TERHADAP
UPAYA PENINGKATAN EFIKASI-DIRI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER SISWA
(Kajian Teoritik Aplikasi Teori Bandura)

Oleh:
Luhur Wicaksono
FKIP-UNTAN
www.luhurwicaksono@yahoo.com   No. Hp.085252585878

Abstrak: Pengambilan-Keputusan-Karier (PKK) yang dilakukan oleh siswa pelaksanaannya memerlukan efikasi-diri (ED) pengambilan-keputusan karier (PKK). ED-PKK merupakan keyakinan siswa bahwa ia mampu untuk berhasil melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pengambilan-keputusan-karier sesuai tingkatan yang dipilihnya. Efikasi-diri pengambilan keputusan karier merupakan aspek perantara yang akan memunculkan tingkahlaku baru yaitu ketepatan atau keberhasilan dalam pengambilan-keputusan-karier. Salah-satu sumber untuk meningkatkan efikasi-diri pengambilan keputusan karier adalah dengan melihat dan merasakan contoh pengalaman keberhasilan orang lain (pengalaman vikarius)  

Kata Kunci: Pengambilan-Keputusan-Karier, efikasi-diri, pengalaman vikarius

Abstract: Career-decision-making (CDM) caried out by the students practice requires self-efficacy (SE) career-decision-making (CDM). SE-CDM is a student belief that he was able to successfully carry out activities related to level appropriate career-decision-making choice. Self-efficacy is a career-decision-making aspects of the behavior of intermediaries who will bring new namely accuracy or success in career-decision-making. One of the sources to improve career-decision-making self-efficacy is to see and feel the examples of successful experiences of others (vicarious experiences).

Key Word: Career-decision.making, self-efficacy, vicarious experience  



Pengambilan-keputusan karier (PKK) yang optimal untuk mewujudkan-nya diperlukan keyakinan-diri bahwa seseorang akan mampu me-


1
2


akukan apa yang menjadi pilihannya. Keyakinan-diri dan pengharapan terhadap keberhasilan–bahwa kalau ia mau melakukannya pasti ia–mampu me-lakukan suatu perbuatan tertentu  merupakan kekuatan awal untuk berani memulai melakukan sesuatu (perbuatan). Hal itu akan timbul apabila individu telah mengetahui dan memahami yang di-peroleh dengan belajar melalui melihat dan mengalami keberhasilan orang lain. Keyakinan-diri dan pengharapan ke-berhasilan yang timbul itulah pada gilirannya akan menjadi perantara bagi timbulnya tingkah-laku baru dimasa yang akan datang, termasuk dalam tingkah-laku pengambilan-keputusan karier (PKK). Oleh karena itu Teori Belajar Sosial mengatakan bahwa, kepribadian dan tingkah laku orang itu lebih merupakan hasil belajar daripada hasil pembawaan dari lahir (Munandir, 1986: 97). Keyakinan-diri dan pengharapan-keberhasilan juga merupakan bentuk kepribadian sebagai hasil belajar, dan ini oleh Bandura dikatakan sebagai efikasi-diri (ED).
Self-efficacy (Efikasi-Diri) ada-lah “keyakinan bahwa suatu hasil dapat mengeksekusi perilaku yang diperlukan untuk memperoleh hasil tertentu” (Bandura, 1977, p 193).  Efikasi-diri siswa mempengaruhi kinerja akademis mereka dalam berbagai cara. Siswa dengan rasa efikasi-diri akademik yang kuat, rela melakukan tugas-tugas  menantang, mengeluarkan usaha yang lebih besar, menunjukkan ketekunan yang meningkat ketika ada hambatan, menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih rendah, fleksibel dalam penggunaan strategi pembelajaran, mampu melakukan evaluasi diri secara akurat terhadap kinerjanya,


3


mempunyai minat kebahasaan yang lebih besar dalam hal skolastik, serta dapat mengatur diri secara lebih baik daripada siswa lainnya (Mills, Pajares, dan Herron (2007).
Efikasi-Diri (ED) penting, karena bukan hanya bisa memprediksi perilaku masa depan, efikasi-diri juga memposisi-kan hubungan langsung antara keyakinan individu dan perilaku masa depannya (Bandura, 1977). Pada penelitian ter-hadap sejumlah mahasiswa (dengan rentang usia 18 sampai 25 tahun) pada sebuah Perguruan Tinggi (Universitas Tabriz)  di Iran dalam kaitannya dengan “ketrampilan menulis” bahasa Inggris sebagai bahasa asing, ternyata efikasi-diri bisa memprediksi (mempunyai pengaruh) terhadap ketrampilan membuat narasi dan memahami tugas ketrampilan bahasa yang berkaitan dengan pribadi (Rahim-pour and Jahan, 2010). Efikasi-Diri memberikan bukti mengenai adanya perbedaan dari optimisme dan pesimisme dalam menentukan kinerja kelas (Christiansen, Fogarty & Wallace, 1999). Efikasi-Diri menyangkut penilaian individu  atas kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugas spesifik sehingga sangat mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka (Pajares & Kranzler, 1995). Peningkatan efikasi-diri ternyata juga memberikan dampak terhadap pe-ningkatan motivasi serta efektivitas kerja tim (Burns, 2010). Dengan kata lain efikasi diri bisa juga digunakan dalam banyak bidang, termasuk dalam hal ini dalam pengambilan-keputusan-karier (PKK).
Pengalaman Vikarius (PV) atau Vicarious Experience merupakan satu diantara empat sumber -tiga sumber lainnya adalah; pengalaman menguasai sesuatu prestasi


4


(performance accomplishment), pe-ngalaman vikarius (vicarious experience), persuasi social (social persuation) dan pembangkitan emosi (Emotional/ Physio-logical states)- dimana Bandura mengata-kan bahwa Efikasi diri atau keyakinan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber tersebut (Bandura, 1977: 80)
Pengalaman Vikarius adalah pengalaman dengan cara melihat orang lain berhasil melakukan kegiatan yang menantang (sulit), akan membuahkan harapan bahwa mereka juga akan berhasil bila sungguh-sungguh dan tekun ber-usaha (Bandura, 1977: 81). Dengan kata lain Pengalaman Vikarius (PV)  merupa-kan proses perbandingan antara seseorang dan orang lain (model), sehingga mereka yang memperoleh pengalaman ini akan mempunyai/ meningkat rasa keberhasilan-nya, karena merasa bahwa; “Jika mereka bisa melakukan, maka saya seharusnya bisa melakukan juga”.
PV, yang pelaksanaannya melalui modeling sebenarnya telah banyak dilakukan. Penelitian dengan model telah dilakukan pada orang dewasa atau  teman sebaya (sebagai model), yang digunakan untuk mengajarkan anak mengenai strategi pemahaman membaca dengan mengamati meningkatkan belajar dan memotivasi mereka untuk bekerja dengan tekun (Pressley, El-Dinary, Wharton-McDonald, & Brown, 1998). Penelitian Schunk dan Rice (1991) pada anak SD dengan permodelan, hasilnya ternyata dapat memfasilitasi anak menuju pada tingkat mandiri.




5


Penelitian lain dilakukan oleh Eleni Zetou, Thomas Kourtesis, Katerina Getsiou, Maria Michalopoulou, & Efthimis Kioumourtzoglou dari Depar-temen Pendidikan Jasmani dan Ilmu Pengetahuan Olah Raga pada Universitas Democritus di Komotini - Greece,  menguji pengaruh pemodelan diri ter-hadap keterampilan belajar dan efikasi-diri pada 32 wanita pemain pemula voli pantai dengan usia rata-rata 12,8 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta kelompok permodelan diri me-ngalami peningkatan, baik dalam ke-terampilan belajar maupun efikasi-diri mereka (Zetou, E., Kourtesis, T., Getsiou, K., Michalopoulou, M., &  Kioumourt-zoglou, E., 2008 ).
Pengalaman Vikaruis (PV) sebagai salah satu upaya untuk me-ningkatkan Efikasi-Diri Pengambilan-Keputusan-Karier (ED-PKK) siswa belum banyak memperoleh perhatian. Pengamatan sementara (berdasarkan observasi pada sekolah dan wawancara selintas terhadap guru BK SMK dan SMP) pada sekolah di hampir seluruh kabupaten/kota di Propinsi Kalimantan Barat secara umum menunjukkan bahwa mereka belum melaksanakannya. Kalau-pun sudah, maka pelaksanaannya juga masih terpecah-pecah dan masih belum sistematis, kebanyakan mereka masih sekedar hanya melaksanakan “program dasar” (pola 17 plus), dan itupun belum semuanya terlaksana (pengamatan seba-gai asesor akreditasi sekolah). Pertanyaan yang muncul adalah, apakah (model) PV betul-betul bisa diterima, terlaksana, serta layak untuk diterapkan pada siswa. Disamping itu, apakah PV juga dapat memberikan beberapa manfaat bagi para siswa, yaitu untuk ; (1) pembangkit tingkahlaku (2) meningkatkan ketahanan


6


diri dalam menghadapi kesulitan, (3) menyampai-kan pola perilaku baru (Bell, 1986: 241-242), (4) memberikan standar yang dapat dipercaya sebagai pedoman bagi cita-cita si pengamat, atau mem-berikan tolok rujukan yang realistis sebagai perbandingan bagi si pengamat (Rosenthal & Bandura 1978: 636)
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pemberian pengalaman vikarious (vicarious ex-perience) diharapkan bisa merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efikasi-diri pengambilan-keputusan-ka-rier (ED-PKK) siswa. Pemberian peng-alaman vikarious (vicarious experience) diharapkan dapat menjadikan siswa bisa menjalankan perilaku tertentu yang begitu penting artinya, agar ia dapat memilih kegiatan yang akan dijalaninya sebagai karier. Siswa akan mempunyai efikasi-diri (ED) yang tinggi untuk menentukan sekolah lanjutan atau terjun ke masyarakat (bekerja). Ini merupakan hal yang akan dijalani oleh setiap siswa (dalam hal ini siswa SMP) sebagai salah satu dari kegiatan pengambilan-keputusan-karier (PKK)

Efikasi – Diri  (Self-Efficacy)
Effikasi-diri (ED) adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu menampilkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Bandura,  dalam Luzzo, 1993). Karena itu ED, meliputi adanya rasa mampu menguasai. Sebagai contoh, seorang siswa yang memiliki ED yang kuat percaya bahwa ia dapat memperoleh nilai yang tinggi pada mata pelajaran mata pelajaran prasyarat agar ia masuk pada jurusan/ program studi yang dipilihnya.



7


Efikasi-diri dikemukakan sebagai salah satu istilah dalam Teori Belajar Sosial Bandura yang dimaksudkan sebagai keyakinan bahwa orang dapat berhasil menjalankan tingkah-laku yang diperlu-kan untuk membuahkan akibat tertentu (Bandura, dalam Bell 1986 : 250). Oleh karena itu efikasi-diri meliputi adanya rasa mampu untuk menguasai (suatu tingkah-laku). Bandura me-ngemukakan istilah efikasi diri sebagai faktor yang berpengaruh bagi tingkahlaku individu paling sedikit dalam tiga cara; (1) the choice of activities to be engaged in, (2) the quality of an individual’s performance, and (3) persistence in difficult tasks (Bell, 1986: 250).
Bandura (1977: 84 – 85) mengajukan tiga dimensi efikasi-diri, yakni: 1) Magnitude, yang berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas, sejauh-mana individu merasa mampu dalam melakukan berbagai tugas dengan tingkat kesulitan tugas mulai dari yang sederhana, yang agak sulit, hingga yang sangat sulit; 2) Generality, sejauhmana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas atau situasi tertentu, hingga dalam serangkai-an tugas atau situasi yang bervariasi; 3) Strength, kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki.
Bandura menyarankan 3 (tiga) kegiatan secara garis besar untuk dapat mengembangkan efikasi-diri, yaitu dengan; (1) usaha untuk mengembangkan rasa mampu menguasai, (2) selalu melakukan reinforsment untuk tingkah-laku baru yang diperoleh dan, (3) memperhatikan faktor situasional.




8


Bagaimana orang bertingkah-laku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak melakukan tindakan yang memuas-kan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai efiksasi diri,dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil.
1. Efiksasi diri atau ekspektasi (self effication – efficacy expectation) adalah “Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu”. Efikasi dari berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
2. Ekspektasi hasil (outcome expec-tations) adalah perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita – cita), karena cita – cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai. Sedangkan efikasi menggambar-kan ekspektasi efikasi yang tinggi, misal-nya; bahwa seseorang mampu me-laksanakan operasi tumor sesuai dengan standar profesional. Namun ekspektasi hasilnya bisa rendah, karena hasil operasi itu sangat tergantung pada daya tahan jantung pasien, kemurnian obat anti-biotik, sterilitas dan infeksi, dan sebagai-nya. Orang bisa memiliki ekspek-tasi hasil yang realistik (apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan hasilnya), atau sebaliknya, ekspektasi hasilnya tidak realistik


9


atau sebaliknya, ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengharap terlalu tinggi dari hasil nyata yang dipakai). Orang yang ekspektasinya tinggi (percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan hasilnya realistik (memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri). Orang itu akan bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai.
Sumber Efikasi Diri
Perubahan tingkah laku, dalam system Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber (sebagaimana gambar 1 dan tabel 1), yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience), persuasi social (social persuation) dan pembangkitan emosi (Emotinal/Physiological states).


                       
10

Tabel 1:  Strategi Pengubahan Sumber Ekspektasi Efikasi
Sumber
Cara Induksi
Pengalaman Performansi
Participant modeling
Meniru model yang berprestasi
Performance desenzation
Menghilangkan pengaruh buruk prestasi masa lalu
Performance exposure
Menonjolkan keberhasilan yang pernah diraih
Selfinstructed performance
Melatih diri untuk melakukan yang terbaik
Pengalaman Vikarius
Live modeling
Mengamati model yang nyata
Symbolic modeling
Mengamati model simbolik,film,komik,cerita.
Persuasi Verbal
Suggestion
Mempengaruhi dengan kata-kata berdasar kepercayaan
Exhortation
Nasihat,peringatan yang mendesak/memaksa.
Self-instruction
Memerintah diri sendiri
Interpretive treatment
Interpretasi baru memperbaiki interpretasi lama yang salah
Pembangkitan Emosi
Attribution
Mengubah atribusi, penanggungjawab suatu kejadian emosional
Relaxation biofeedback
Relaksasi
Symbolic desensitization
Menghilangkan sikap emosional dengan modeling simbolik
Symbolic exposure
Memunculkan emosi secara simbolik

Pengalaman performansi


Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruh-nya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi.




11


Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, ter-gantung proses pencapaiannya :
  1. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
  2. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain.
  3. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin.
  4. Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.
  5. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.
  6. Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.
Pengalaman Vikarius
Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figure yang diamati berbeda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarius tidak  besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figure yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.
PV di induksi melalui dua cara, yaitu melalui; (1) live modeling, dan (2) symbolic modeling (Bandura, 1977: 80). Live Modeling atau Model Hidup (MH) meliputi anggota keluarga, teman, rekan sekerja, dan orang-orang lain yang ada hubungannya dengan individu secara langsung (Bell, 1986: 242). Pada siswa model hidup ini adalah teman, keluarga, dan orang-orang yang sukses di bidangnya. Model hidup ini akan memberikan informasi mengenai latar sosial dan kerja dimana individu (model) ini dalam kesehariannya.



12


Symbolic Modeling atau Model Simbolik (MS), merupakan perwujudan tingkahlaku dalam gambar (bell, 1986: 242). Pada masa usia SD sampai SMP, anak masih mempunyai ketertarikan yang besar untuk visualisasi gambar, misalnya dengan tampilan (ceritera) boneka yang disuguhkan dengan sedemikian rupa untuk menarik minat siswa. Ini dapat dilihat/dibuktikan berdasarkan pengamat-an sementara, siswa SMP (yang berada pada usia remaja) selalu mempunyai tokoh idola di semua lini kehidupan, tokoh-tokoh entertaint, bahkan tokoh kartun/animasi sebagaimana yang mereka mainkan pada game-game internet. Model (boneka) ini mempunyai kelebih-an karena dapat mendeskripsikan dan ‘berceritera” mengenai latar sosial dan kerja orang-orang yang sukses tanpa harus terkendala harus mendatangkan obyek nyatanya. Disamping itu model ini bisa diputar/diselenggarakan secara ber-ulang untuk lebih memperjelas pemodelan. 
Persuasi Sosial
Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui per-suasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mem-pengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.
Keadaan Emosi
Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri.


13


Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkat-kan efikasi diri.
Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau sumber ekspektasi efikasi-nya berubah. Pengubahan self-efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki ke-sulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral.
Langkah-langkah Pelaksanaan PV
a. Melaksanakan Pre-tes untuk me-ngetahui tingkat efikasi-diri (ED) siswa
b. Melaksanakan peningkatan efikasi-diri (ED) melalui pengalaman vikarius dilakukan melalui model hidup dan model simbolik.
- Model Hidup diselenggarakan dengan memanggil narasumber orang-orang yang sukses di bidangnya,
- Model Simbolik  dengan Permain-an Seni Monolog Boneka, me-lalui; (1) .Penciptaan bentuk-bentuk benda sesuai kemungkinan karier darat, laut, dan udara, (2).terintegrasi dengan materi/ tema belajar, (3).  Pemberian Narasi.
c. Melaksanakan Pos-test untuk mengetahui ada-tidaknya per-ubahan   
     Adapun langkah-langkah pelaksanaan PV dapat dilihat pada gambar 2


  

14
Gambar 2:  Langkah-langkah Pelaksanaan PV



Berdasarkan model pada Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa agar efikasi-diri (ED) siswa dapat meningkat, dapat diberikan (perlakuan) pengalaman vikarius (PV). Pelaksanaan PV, diselenggarakan dengan melalui (pemberian) model hidup (MH), dan  model simbolik (MS). MH adalah teman dan/atau orang-orang yang sukses di bidangnya yang bisa dilihat atau didatangkan untuk berceritera mengenai pengalaman, suka-duka dirinya sehingga bisa menjadi orang sukses (terutama dalam karier). Sedangkan MS diujudkan melalui Permainan Seni Monolog Boneka (PSMB) dalam bentuk; (1) Penciptaan bentuk-bentuk benda sesuai kemungkinan karier darat, laut, dan udara, (2) terintegrasi dengan materi/ tema belajar, dan (3) Pemberian Narasi



15


Kesimpulan
Pengambilan-keputusan-karier (PKK) dalam pelaksanaannya bagi siswa SMP perlu adanya efikasi-diri (ED) peng-ambilan-keputusan-karier (PKK) agar ke-putusan karier dapat diambil secara tepat.
Bantuan untuk meningkatkan efikasi-diri pengambilan-keputusan-ka-rier (ED-PKK), secara teoritik bisa di-lakukan/diberikan kepada siswa SMP melalui salah satu sumber yang bisa me-ningkatkan efikasi-diri yaitu pe-ngalaman vikarius (PV), dengan memanfaatkan teknik pemodelan
DAFTAR  PUSTAKA

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs.  New Jersey:  Prentice-Hall, Inc...

Burn, J.A., (2010). Assessing the Impor-tance of Building Self-efficacy to Impact Motivation, Per-formance Levels, and Team Effectiveness, United States Sports Academy America's Sports University,Volume 18 (4).

Bel. M.E., (1986). Learning and Instruc-tion Theory into Practice. New York: Macmillan Publishing Company.

Isaacson,  Lee. E.  dan  Brown,  Duane.,  (1993). Career Information, Career Counseling, & Career Development  (Fifth Edition), Boston : Allyn and Bacon.

Pressley, M., El-Dinary, PB, Wharton-McDonald, R., & Brown, R. (1998). Transactional instruction of comprehension strategies in the elementary grades. In DH Schunk & BJ Zimmerman (Eds.), Self-regulated learning; From teaching to self-reflective practice (pp. 42–56). New York: Guilford Press.

Rosenthal, T.L., & Bandura, A (1978). Psychological modeling: Theory and Practice. Dalam S.L. Garfield & A.E. Begia (ed.). Handbook of psychotherapy and Behavior change: An empirical analysis (edisi kedua, halaman 621-658) New York: Wiley.

Zetou, E., Kourtesis, T., Getsiou, K., Michalopoulou, M., &  Kiou-mourtzoglou, E., (2008). Penga-ruh Permodelan-Diri pada Ke-trampilan Belajar dan Efikasi-Diri Wanita Pemain Pemula Voli Pantai. Athletic Insight. The Online Juornal of Sport Psychology. ISSN 1536-0431.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar